
Depok, 25 Agustus 2025 — Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH UI) bersama Yayasan Yusril Ihza Mahendra meresmikan Yusril Ihza Mahendra's Collections, sebuah ruang koleksi monumental yang berlokasi di gedung baru FH UI, Depok, Jawa Barat. Peresmian dilakukan oleh Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, Prof. Dr. Fauzan, M.Pd., pada Senin (25/8).
Ruang koleksi ini menempati tiga lantai khusus di gedung baru FH UI. Dibangun melalui kerja sama FH UI dengan Yayasan Yusril Ihza Mahendra, koleksi ini menghadirkan lebih dari 14.000 judul buku, ribuan manuskrip dan naskah kuno dari lontar, kulit kayu, serta koleksi mushaf Alquran berusia ratusan tahun. Selain itu, terdapat pula jurnal, pamflet, lukisan, keramik, hingga artefak budaya yang disimpan dengan rapi agar dapat dimanfaatkan generasi akademik dan masyarakat luas.
Menurut Yusril, ide awal pembangunan ruang koleksi ini datang dari istrinya, Rika Kato Mahendra, yang melihat besarnya jumlah koleksi pribadi yang telah dikumpulkan Yusril sejak masa muda. Koleksi buku tersebut mencakup berbagai disiplin ilmu seperti hukum, sejarah, sosiopolitik, filsafat, dan agama. Selain buku, koleksi ini juga mencakup dokumen-dokumen sejarah, seperti rekaman mimeographed sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kememerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tahun 1945, serta transkrip Sidang Konstituante Republik Indonesia (1957-1959). Terdapat pula rekaman sidang-sidang MPR pada masa amandemen konstitusi 1999-2003.
"Saya merasa semakin hari semakin tua. Anak-anak sudah sibuk dengan kegiatannya, sehingga perlu ada tempat untuk merawat dan melestarikan koleksi ini. Akhirnya ketika FH UI menawarkan ruangan ini, kami sepakat untuk menyerahkan semua koleksi agar bisa dimanfaatkan," ujar Yusril melalui keterangan kepada wartawan di Jakarta, Senin (25/8/2025).
Yusril menjelaskan, koleksi buku yang dipindahkan ke FH UI mencakup berbagai tema: hukum, sejarah, politik, Islam, dan filsafat, dengan jumlah yang relatif seimbang. Beberapa koleksi paling berharga antara lain buku dan naskah yang diberikan langsung oleh tokoh bangsa seperti Mohammad Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, Osman Raliby, HM Rasjidi, dan Yunan Nasution. Salah satu yang paling berkesan bagi Yusril adalah naskah asli persidangan Konstituante 1957–1959, teks perundingan Konferensi Meja Bundar, hingga dokumen yang diketik sendiri oleh Mohammad Natsir dari hutan pada masa pemberontakan PRRI.
Selain buku dan manuskrip, koleksi ini juga menyimpan teks-teks kuno Nusantara dalam aksara Sasak, Bali, Bugis, Lampung, hingga Melayu beraksara Arab. Banyak di antaranya merupakan karya langka yang bahkan sulit dibaca karena ditulis dalam bahasa Persia atau lokal kuno.
"Walaupun saya tidak bisa membaca semuanya, saya simpan agar jangan sampai naskah-naskah itu jatuh ke luar negeri. Semoga kelak para ahli filologi dapat membacanya," tutur Yusril.
Proses pembangunan ruang koleksi ini berlangsung relatif singkat, hanya sekitar tujuh bulan. Seluruh pembiayaan desain interior dan kebutuhan fasilitas dikelola Yayasan Yusril Ihza Mahendra. Dengan latar belakang pendidikan interior desain, Rika Kato Mahendra turut merancang tata ruang, mulai dari rak buku, ruang baca, ruang kuliah, ruang diskusi, hingga musala.
Menariknya, Yusril juga memiliki cara unik dalam merawat koleksinya. Sebelum dipindahkan ke UI, ia menyimpan buku rapuh dalam kotak kayu dengan lada bulat untuk mengusir serangga, sebuah metode sederhana yang ia dapat dari arsiparis senior. Kini, dengan dukungan teknologi, banyak koleksi akan didigitalisasi sehingga dapat diakses daring tanpa mengurangi nilai keaslian naskah fisik.
Lebih dari sekadar perpustakaan, ruang koleksi ini dimaksudkan menjadi rujukan penelitian, terutama bagi mahasiswa hukum, sejarah, politik, dan agama. Koleksi ini terbuka bagi siapa pun yang ingin meneliti, namun tidak dapat dipinjam keluar mengingat sebagian besar merupakan buku langka.
"Mudah-mudahan koleksi ini bisa menjadi amal jariyah saya dan keluarga, bagi masyarakat yang cinta ilmu pengetahuan. Saya mengoleksi buku-buku sejak SMP, bahkan sampai sekarang masih terus membeli buku langka. Kini saya serahkan agar generasi mendatang bisa belajar dan mengambil manfaat," ujar Yusril.
Sementara itu, Istri Yusril, Rika Kato Mahendra berharap, ruang koleksi ini dapat dimanfaatkan dengan bijak. Membaca memperluas wawasan, menajamkan penilaian, memicu kreativitas, dan membangun kepercayaan diri.
"Yusril Ihza Mahendra's Collections adalah pusat pengetahuan dan tempat kita untuk memberi nutrisi pada pikiran, membentuk karakter, dan mengembangkan diri sebagai pribadi. Semoga Ruang Koleksi Yusril Ihza Mahendra ini dapat menjadi sahabat, rumah, dan peninggi derajat kita—bukan hanya untuk kemaslahatan pribadi, tetapi juga untuk kemajuan keluarga dan juga bangsa kita," ujarnya.
Dengan hadirnya Yusril Ihza Mahendra's Collections, FH UI kini memiliki salah satu ruang referensi akademik dan budaya paling lengkap di Indonesia. Kehadirannya diharapkan tidak hanya memperkaya khazanah intelektual, tetapi juga menjadi pengingat pentingnya merawat warisan ilmu pengetahuan lintas generasi.
